Kamis, 21 April 2011

Maaf

"Mohon maaf atas sikap yang tidak berkenan, setelah hari ini semuanya akan kembali seperti kemarin, aku yakin, untuk orang sepertimu tidak akan ada yang berani main-main"

butuh termenung untuk mengirimkan pesan tersebut, sekedar memberi ruang bagi hati untuk berfikir. kukira, tidak seorangpun mau atau senang dipermainkan, aku, kamu, mereka, bahkan orang yang tak mempunyai hati sekalipun.

tetapi mengapa kadangkala kita justru sering memberi kesempatan bagi pikiran kita untuk mengira-ngira bahwa kita sedang dipermainkan, mungkin oleh seseorang yang tidak atau kita kenal, lain kali mungkin oleh waktu, oleh keadaan, atau oleh diri kita sendiri.

rasanya aku tidak harus tertegun, tetapi mendengar suara risih yang tiba-tiba hilang dengan sepotong salam yang tergesa-gesa, aku benar-benar tercenung, aku hilang kesempatan untuk bertanya, akumulasi pertanyaan yang telah tersimpan berhari-hari, kini harus kembali tersimpan dalam memori ingatan, untuk tak pernah ditanyakan lagi, sebab tak lagi memerlukan jawaban.

matahari hari ini indah sekali, langit cerah dan angin begitu santun, semoga resah yang mengeram sepanjang malam tadi menguap bersama angin yang menuju penjuru. dan kabut yang menggantung sepanjang kelam akan segera terbang seperti anai-anai yang bercecaran.

semoga

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)