Kamis, 07 Juli 2011

Juli dalam Gundahku

Perjalanan, bagaimanapun rupanya selalu menyisihkan waktu bagi diri untuk menyelami dirinya, entah itu sebagai yang kau sebut pelayaran Jawa-Sumatera pada tahun 1998 silam, seperti kapal yang melebur bersama ombak yang pecah, atau seperti kendaraan darat yang mencoba berpacu bersama abstraksi angin.

Bagaimanapun suasananya, perjalanan lebih banyak memberikan lengang, itulah mengapa akhirnya Juli begitu membekas di benakmu, atau seperti lelakiku yang telah mereinkarnasi menjadi teman, sahabat, kakak dan seorang kekasih yang banyak mengajarkanku tentang makna hidup.

Dan nostalgia tentang perjalanan itu pelan-pelan berubah bentuk, menjadi sesuatu yang kita sebut sebagai kenangan, lalu berubah menjadi prasasti yang kerap melahirkan gundah dan risau, itulah tempat di mana memori mulai mengambil tempatnya di hati kita.

Tetapi pernahkah kita teringat, bahwasannya dalam gundah seseorang terlibat seseorang yang lain, dalam gundahmu terlibat Juli dari Kuala Leugeu yang pernah beberapa kali meneleponmu, lalu keadaan berupa kecamuk perang memutuskan romansa itu, dan Juli lenyap dalam nyata, tetapi tidak di alam ingat.

Begitu juga aku, dalam gundahku terlibat bukan hanya satu tokoh, tapi dua, tiga, berpuluh-puluh orang yang telah menjadi penting dalam hidupku, dan engkau adalah salah seorang dari itu.

Perjalanan, bukan sekedar perpindahan gerak ragawi dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi secara integral apakah kita pernah atau sudah melakukan perjalanan bagi rohani untuk menemui sebenar ruh-nya? atau imajinasi yang tidak dibiarkan terkungkung pada satu aliran tertentu, juga kehidupan agar tidak menjadi stagnan, dan juga perjalanan perasaan yang panjang.

Maka, melibatkan Juli dalam gundah bukan dosa, tetapi penghargaan karena Juli istimewa.


Special writen for MA
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)