Rabu, 12 Februari 2014

Pada Secangkir Teh

ilustrasi
Membuang pandang lewat jeruji jendela, menikmati kesiur angin sore, menatap daun-daun yang bergoyang mengikuti irama angin. Sebentar lagi langit sempurna gelap, ufuk akan mengulumnya dan membawanya ke belahan bumi yang lain.

Uhm... tapi ufuk tak mampu mengulum wajahmu dari ingatanku. Wajah teduh yang selalu menggantung bagai anggrek hutan di ranting pohon.

Aku terkenang pada senja yang pernah kita habiskan bersama. Senja yang basah, menghadirkan kerlab-kerlib lampu-lampu di genangan air di badan jalan. Kita membuang rindu pada secangkir teh yang kau seduh.[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

4 komentar:

  1. haa,, hmmmm,,, kenangan di sepotong malam
    ah, aku telah menghanyutkan hayal ku ke dalam kenangan mu kakak, :D

    BalasHapus
  2. Keren kak Ihan banyak kosakatanya yaa, jadi sejuk baca puisi kak Ihan...

    BalasHapus
  3. Eh, karena terlampau sering merasakan kantuk berkepanjangan, akhirnya membuang teh di suatu tempat dan menambahkan kopi panas tiap pagi!

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)