Sabtu, 11 November 2006

Brankas Kehidupan

bukan berarti matahari ikut tenggelam ketika seseorang kehilangan cintanya untuk beberapa saat, air mata yang terus-terusan keluar juga tidak akan mengahadirkan air bah dalam kehidupan. tulang-tulang boleh saja melunglai sejenak, dan tidak ada yang melarang ketika dada terasa sesak dan naik turun menahan amarah dan kecamuk di dada. berikut sepatah dua patah makian atas kekesalan yang tidak tersalurkan.
hidup memang rajutan perca-perca berwarna warni, bercampur-campur antara keindahan dan kekurang sempurnaan. namun, dalam setiap kesempurnaan yang terlihat itu pasti ada setitik jelaga hitam menempel, dan dalam ketidak sempurnaan akan ada banyak keistimewaan.
keistimewaan terbesar dalam hidup adalah cinta. aku terlahir karena cinta, aku dibesarkan dengan cinta, dan aku menjalani hari-hari dengan cinta. cinta membuatku percaya akan pepatah-pepatah yang kadang sering tak masuk diakal. berjaga-jaga hingga larut malam, menembus panas dan kadang dingin yang menggigil, membuatku kelelahan dan kadang aku merasa hampir mati karenanya.
seperti perbincangan di siang yang tak bermatahari ini, yang indah hanya ada dihati. tempat menyimpan sesuatu yang baik hanya ada dalam hati. aku menamainya brankas kehidupan. aku sakit, aku senang, aku bahagia, dan aku terluka, semuanya ada dalam hati, tersimpan pada laci-laci yang tersusun rapi. meski sebenarnya hatiku bukanlah milikku tapi milik Tuhan ku. meski kadang aku sewenang-wenang terhadapnya.
semuanya bisa berubah dalam sekejap, bahkan sebelum kau sempat mengatakan rindumu untuk nya. semuanya bisa menghilang sebelum kau sempat mengatakan kau mencintainya. dan semuanya bisa terjadi sebelum kau sempat mengatakan bahwa kau sama sekali tidak mencintainya. hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana kita, karena manusia bukanlah penulis naskah yang baik. hidup seperti gelombang-gelombang air yang tidak menentuk riakannya. kadang ia pelan dan kadang arusnya menjadi kuat dan menyeret mu ke jalan yan tidak pernah kau duga sama sekali.
mungkin kau akan sama sekali tidak percaya, sesuatu telah membuat mu takut kembali ke kamarmu. kau pergi dan menguatkan diri lantas kembali dan barang-barang kesayanganmu telah hilang, sesuatu yang ingin kau persembahkan untuk cintamu, entah sudah dimana. ketika kau hampir menangis seseorang memberi isyarat, ada yang lebih berharga dari itu. aku tidak lagi ingin melihat mu menangis, aku tidak lagi ingin ada air mata dari kedua kelopak matamu yang bulat. terimakasih telah menghiburku untuk yang kesekian kalinya.
dan langit benar-benar menurunkan hujan, tapi hati ku telah kering dari percikan-percikan darah. dan matahari memang tidak muncul, tapi aku masih punya bulan untuk ku lihat sinarnya. dan memang harus menunggu malam, tapi aku masih punya harapan, nanti malam pasti akan ada.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)