Sabtu, 24 Januari 2009

Bahagia yang Tak Indah*

jika pada akhirnya aku kembali jatuh cinta, siapa yang salah? keadaan yang membawaku pada liku yang unik, atau diri yang memang menginginkan cinta itu kembali ada? lalu, bila itu benar terjadi, kepada siapa pertanggung jawaban dicari?

hidup ini memang seperti kumpulan puzzle yang rumit, kadang terlihat biasa saja tetapi membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa menyelesaikan setiap kepingannya. kadang, ia terlihat sangat rumit, tetapi padahal sangat biasa, dan memang biasa.

tetapi siapa sangka, kebiasaan itulah yang sering menjebak, karena rupanya yang tak jelas.
dan rupa itu sering berubah-ubah wujud, kadang ia seperti malaikat yang menawarkan sejuta kedamaian dan salju yang sejuk, tetapi ia sedang menjebak. lain waktu ia berubah menjadi menyeramkan dan menakutkan, tetapi sebenarnya itulah yang nyata.

ketakutan kadang-kadang membawaku pada harapan yang aku sendiri sukar mewujudkannya. membawaku pada telikungan dan kelokan tindakan yang aku sendiri kadang tidak menginginkannya. tetapi darisanalah kenikmatakan terkadang bersumber. perselingkuhankah ini? mungkin iya, atau tepatnya perselingkuhan batin. tetapi janin yang mulai tumbuh bukan hasil dari buaian batin.

kenapa langit tiba-tiba berubah warna, ia tak lagi jernih, terpantul dari pikiranku yang gelap dan kalut. aku gelisah, seperti musafir yang rindukan oase. sementara hati semakin jerang, merindukan salju yang benar-benar putih. jika saja, sesuatu yang sudah terbentuk bisa kembali keasalnya. atau ia berusaha untuk mengerti seperti apa gelisahku, pastinya ia akan berfikir biarlah aku tak berwujud saja.

ini bukan kegelisahan biasa. ini gelisah yang dibalut dengan bahagia dan rumit. ketika sesuatu membelit dalam perut yang belum terbentuk, menerjang seperti ombak yang menyergah karang. maka jiwa inilah sakitnya. redamnya seperti serbuk yang ditumbuk dengan puluhan alu-alu panjang.

ketika aku berharap penyelesaian. bukan hanya soal iya dan tidak. karena sebenarnya kata tak lagi berarti bila diri telah terlanjur terjadi sesuatu. pantaslah bila ini kuberi nama Bahagia yang Tak Indah. menyenangkan tetapi juga meregam nyeri yang amat sangat. melesak seperti batu yang melesat dari ketapel tua yang hampir patah. maka...ketika cinta itu benar-benar datang...cinta siapa yang harus disambut? yang memberi kehidupan, atau yan menginginkan kematian????


*catatan seorang ibu, yang jatuh cinta lagi ketika usianya tak lagi muda.

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

4 komentar:

  1. Siapapun bisa jatuh cinta, karena ia adalah ciptaan tuhan yang paling indah untuk menjalankan dunia...

    BalasHapus
  2. get that puisi droe neuh...
    saleum meuturi tengku...

    BalasHapus
  3. @Ilham...teurimong geunaseh, beu kayem neu saweu2 rumoh nyoe beuh

    saleum meuturi sit

    BalasHapus
  4. @ tengkuputeh ; siapapun bisa jatuh cinta, maka siapapun bisa terluka....karena dia adalah proses meuju dewasa yang paling indah

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)