Sabtu, 14 Februari 2009

Aku adalah Apa yang Aku Fikirkan

sejak kecil saya selalu punya keinginan untuk menjadi berbeda dari orang kebanyakan. walaupun ketika itu belum tergambar dengan jelas menjadi berbeda yang seperti apa. mungkin dari sini pulalah proses kreatif saya berawal, saya senang berimajinasi, membayangkan hal yang indah-indah dan menantang, yang dalam imajinasi saya hanya saya yang bisa melakukan tantangan tersebut.

untuk menjadi berbeda dari orang kebanyakan memang tidak mudah, karena dengan begitu harus ada hal-hal berbeda yang bisa kita lakukan. ketika kuliah dulu, saat on the job training saya memilih sebuah media sebagai sarana, dan itu akhirnya jadi wacana dalam keluarga, entah darimana informasi itu tersebar yang jelas saya pernah ditegur oleh ibu, beliau takut saya jadi wartawan. dan tak lama setelah itu, saya benar-benar jadi wartawan di sebuah surat kabar nasional.

ketika selesai kuliah teman-teman yang lain memilih pulang ke kampung untuk berbakti pada sekolah-sekolah dasar, saya lebih memilih bekerja serabutan di sini, tekad saya supaya saya menjadi berbeda dari mereka. ketika yang lain sibuk mendaftar untuk ikut menjadi calon pegawai negeri, saya dan beberapa teman malah sedang mengikuti sebuah seminar internasional yang sangat spektakuler. ketika yang lain bermuka lesu karena tidak lulus pegawai negeri, saya dan komunitas saya malah tertawa senang karena kami sudah punya perencanaan yang baik untuk masa depan kami.

ketika yang lain sibuk membuka koran mencari lowongan kerja, kami malah asik berdiskusi membahas buku-buku yang fenomenal dan inspiratif. ketika yang lain sibuk dengan pikiran mereka tidak bisa berubah, kami malah berfikir akan membuat perubahan bagi orang banyak. ketika yang lain sibuk berfikir untuk dihormati, kami justru berfikir bagaimana caranya mencetak pemimpin yang kharismatik.

saya selalu berfikir untuk bisa berbeda dari orang kebanyakan, dalam keluarga saya dianggap paling berbeda karena saya paling tidak betah berlama-lama di kampung. saya juga dianggap berbeda karena pekerjaan saya yang paling "tidak" jelas, karena saya bukan guru, saya bukan karyawan, dan bukan pegawai negeri. mereka lebih kaget lagi karena saya bekerja bukan pada "kantor" yang jelas hehehehhe. dan mereka menjadi sangat kaget ketika saya memaparkan rencana hidup saya lima tahun yang akan datang.

terakhir, meminjam kata-kata teman saya, hanya orang-orang aneh yang bisa memahami orang aneh. buatlah keanehan yang fenomenal, jangan sekedar keanehan sosial yang bisa menimbulkan sanksi adat.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

3 komentar:

  1. setujen
    you are what you think
    bukan what people think

    BalasHapus
  2. Ihan, jangan terlalu banyak mengutip dari orang aneh...
    nanti ikut2an aneh, hahahaha...

    BalasHapus
  3. @ cengkunek: dari pepatah tersebut akan muncul dua kemungkinan, menjadi manusia yang reaktif atau manusia yang pro aktif....manusia reaktif adalah orang-orang yang tidak mempunyai pengaruh. sedangkan manusia proaktif adalah orang2 yang mempunyai pengaruh besar dalam lingkungannya.


    @ tengkuputeh: banyak hal yang bisa kita dapatkan dari keanehan....menjadi aneh berarti memilih untuk menjadi berbeda kan? nah, kalau sudah berbeda,...lihat item di atas heheheh

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)