Kamis, 05 September 2013

Doa kecil untuk sahabatku

Aku (kanan) dan sahabatku (kiri)
KEMARIN seorang sahabatku ulang tahun, 4 September. Aku tak berniat menyebutkan berapa usianya sekarang, karena nanti usiaku jadi ketahuan juga berapa hahahah. Khusus untukku pribadi, aku merasa perlu berterimakasih pada Facebook yang diciptakan oleh Mark Zuckerberg. Kalau tidak, aku pasti bakalan lupa tanggal berapa sahabatku itu ulang tahu. Soalnya aku selalu kebalik-balik antara 4 September atau 14 September. Yang pasti bukan 44 September hehehe.

Sejak pagi aku sudah lihat peringatan yang termpampang di wall facebookku. Antara ingin menuliskan ucapan selamat dengan tidak. Kalau kutulis di situ, terlalu biasa, orang-orang (mungkin) akan melihat ucapanku untuknya. Kemungkinan lainnya adalah temanku itu tidak akan melihatnya, asumsinya pasti banyak yang menulis selamat ultah di wallnya, dan ia pasti akan meleatkan "kiriman"ku tanpa menyadarinya.

Akhirnya kuputuskan untuk tidak mengucapkan selamat di wallnya. Aku berniat membuatkan sepotong dua potong puisi dan kukirim ke inbox saja. Rasaku, dia pasti akan merasa lebih istimewa dan tersanjung hehehehe. Ntah iya pun... hahahahaha.

Tentu bukan salahku sepenuhnya jika sampai malam tak ada puisi yang kukirim untuknya. Dengan menerapkan standar prioritas, kufokuskan untuk menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Nanti saja bikinnya kalau sudah di rumah, begitu kilahku ketika masih di kantor. Aku ngga mau bikin puisi setengah jadi untuknya. Ngga mau asal! Pokoknya harus berkesan. Sampai di rumah, aku malah kecapean. Sampai rumah sekitar pukul lapan malam lebih. Istirahat sebentar terus beres-beres rumah, baru luang sekitar jam sepuluh lebih. Menjelang jam sebelas malam aku tidur dan sempatkan buka laptop sejenak, hahahaha... kulihat sahabatku online, maka selamat ulang tahun kuucapkan saja melalui inbox di facebook.

Meski hanya melalui tulisan, aku mengucapkannya dengan niat dan hati yang tulus. Seperti biasa, entah itu aku, entah itu dia, tetap saja momen milad itu tanpa makan-makan, atau perayaan apapun. Sahabatku ini istimewa, teramat sangat, meski sudah dua tahun nggak pernah ketemu tapi komunikasi kami ngga pernah putus. Itulah mengapa aku mesti berterimakasih pada Zukerberg.

Badannya semampai, tinggi langsing. Lebih tinggi dariku. Kami pertama bertemu ketika sama-sama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, sebelas tahun yang lalu, tepatnya tahun 2002. Waktu menuliskan ini aku baru nyadar, kalau kami bukan lagi remaja yang unyu-unyu yang baru lepasin seragam putih abu-abu tahun lalu. Meski tak begitu sama, aku dan dia punya karakter yang hampir mirip-mirip, sama cenderung ke introvert. Agak pendiam gitu. Itu kalau di depan umum. Kalau lagi berdua kami "gila" abis, bisa ketawa-ketiwi sampai ngakak kalau lagi cerita lucu. Nah, aku mesti agak intro, tetap aja beberapa episode hidupku kuceritakan sama dia, termasuk soal asmara. Kalau dia..... ya ampun, bukan aku tak pernah berjuang untuk bisa mengetahui isi hatinya. Tapi sampai sekarang dia ngga pernah mau cerita. Pernah sekali dia bilang "suka" sama penggebuk drum yang keren itu. Tapi kan dia artis, lha masak iya mereka itu nanti bisa jodoh hahahaahahah. Dan aku juga ngga tahu sekeren apa, karena juju saja aku jarang nonton tivi jadi ngga pernah bisa lihat dia kalau lagi show.

Kami berdua sangat dekat, sejak kuliah kami sering ke mana-mana berdua. Kebetulan satu ruang, satu angkatan, jadi sering bikin tugas bareng juga. Maksudnya contek-contekan hahahaha. Ngga ding, kerja kelompok maksudnya. Dia juga sering nginap dikosanku, di belakang RSUDZA Banda Aceh. Maklum, rumahnya nun jauh di sana, di Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Setelah kuliah kami masih sering komunikasi juga. Terlebih pernah terlibat "proyek" bareng, hampir seminggu sekali dia pasti menginap di kosanku yang sederhana.

Pernah suatu kali kami pulang dari rumah temen sudah jam sebelas malam, ban motor kempes pula. Di tengah kondisi jalan yang udah mulai sepi kami dorong bareng-bareng. Untungnya ngga lama kemudian ada temen lewat, si teman yang baik hati itu pun bersedia meminjamkan motornya untukku. Nah, tugasku mendorong diambil alih oleh dia...baikkan? Sedangkan aku, terpaksa "menunggangi" sepeda motor yang laki banget dan pakai kopling itu. Untungnya malam itu aku pakai rok rada ngembang, jadi gampanglah kutunggangi. Aku bersyukur dulu pernah curi-curi sepeda motor Yamaha RX King ayahku waktu masih SMA. Jadinya nggak kagok-kagok amatlah.

Pernah juga suatu malam pulang dari suatu acara kami mampir di warung untuk makan. Tak lama setelah kami duduk muncul sekelompok anak muda yang semula kami kira pengamen. Nggak tahunya tim promosi dari sebuah perusahaan telepon selular yang mau ekspansi ke Banda Aceh waktu itu. Mereka lantas nyanyi di depan kami, aku dan dia tentu saja sangat menikmati. Setelahnya, kami request. Minta dinyanyikan lagu "Selir Hati". Setelah itu kami berdua ketawa geli segeli-gelinya.

Kami pernah kehujanan cuma gara-gara niat banget "nyari" hidangan Maulidurrasul ke rumah salah satu teman di daerah Indrapuri. Kami juga sering nonton film berdua kalau lagi di kosanku. Waktu itu dia sudah punya laptop, kebetulan ada cd room-nya. Memang banyak kebetulannya, seorang teman yang lain hoby koleksi dvd. Dan kami suka pinjam ke dia hahahaha. Kadang kami nonton film India, kadang juga film-film Hollywood.

Aku bukan orang yang terlalu suka nonton, tapi kalau genrenya romantis atau komedi aku suka juga. Pernah sekali kami nonton Kungfu Panda. Nah, berkali-kali aku tanya ke dia kenapa si beruang stupid itu punya ayah kok seekor bebek. Jualan bakmie pula. Tapi berkali-kali pula jawaban yang dia berikan ngga memuaskan. Sampai akhirnya dia jawab sudah ah hahahahaahah. Malam itu kami, tepatnya aku nonton dengan ketidakmengertian. Belakangan aku menemukan jawabannya dari sahabat yang lain; Yuyun.

Begitulah, itu hanya sedikit catatan mengenai kehangatan kami. Sahabatku yang baik itu sangat enak dijadikan sahabat, tak pernah protes, meski kelakuanku (barangkali) tak seperti yang dia harapkan. Dia juga nggak pernah menyindir-nyindir, meski tahu siapa aku sebenarnya. Orangnya juga nggak neko-neko, diajak ke sana ayooo....diajak ke sini yuk...ditawari ini itu ya ngga menolak. Juga bukan tukang kritik atau protes. Tapi ya itu, aku masih penasaran dengan isi hatinya sampai sekarang hahahahahah.

Tulisan ini, semoga bisa jadi pengganti puisi yang batal kukirimkan semalam. Meski sudah telat sehari, kuharap dia memahami esensinya. Bahwa aku mencintainya fillah, istilah karena Allah yang sering kudengar di kampus dulu. Sejatinya, aku ingin seperti dulu lagi dengannya. Makan di tempat yang kami sukai (enak dan murah), nonton film romantis yang bikin kami mupeng berdua, atau muter-muter nggak jelas sampai ban motornya kempes karena kehabisan udara atau kena paku. Sembari itu kami bisa cerita suka-suka kami, mungkin juga tentang si penggebuk drum yang keren itu. Aha! Aku sudah ingat namanya sekarang, inisialnya S heheheh.

Aku berdoa, semoga ia menjadi yang terbaik di antara yang terbaik. Tercapai semua keinginannya. Menjadi seperti yang dia mau. Semoga Allah yang Maha Kuasa memudahkan segala urusannya; dunia akhirat. Untuk sahabatku Nita Liana.[]

Postingan terkait:
Sahabat, andai saja kalian tahu...
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

2 komentar:

  1. Katanya nggak mau nyebutin tahun lahir biar nggak ketauan umur, tapi tuh malah nyebut tahun angkatan kuliah, ya sami maon atuh neng, jadi ketauan juga kalo umurnya 29 atau 28 :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahahah.....eee belum tentu juga say, ada orang yang cepet atau lambag kuliahnya, jangan berpatokan di angkatan kuliah ya :-P

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)