Sabtu, 19 November 2011

Puisi Penghilang Nyeri II

Puisi bagi saya seperti pil kecil yang menghilangkan nyeri di kepala, maka kalau tak nyeri tidak dibutuhkan pil, seperti saya yang membutuhkan puisi untuk menghilangkan nyeri, oleh apa saja.

Jelaskan padaku, tentang pelangi dua warna, yang satu menyerupai warna hati, yang satu menyerupai warna nafsu. Tunjukkan padaku di mana lentera yag tidak memiliki sumbu, tidak memerlukan bahan bakar, tetapi memiliki cahaya seterang matahari.
24.10.11
06.46 pm

Enyahlah seperti batu yang tergelincir ke lautan, agar rupamu tidak lagi kutemui di cakrawala sebagai pelangi. Hadirmu memang sesekali, tetapi mengapa mesti dengan ritual hujan engkau datang, tak lelah kah kau mengundang nestapa di rasaku?
31.10.11
06.16 pm

Matahari muncul untuk menyesap duka yang tercipta ketika malam mulai lengang, sepi sering kali menelurkan gundah. Sedang bulan hadir untuk menghibur jiwa resah di siang hari.01.11.11
08.37 am

Bilakah puisi menemui takdirnya sebagai hati yang bebas menjatuhkan hati pada selaksa?

07.11.11
01.30 pm


Kematiannya!Sesungguhnya baru sekarang memekarkan luka.Untuk sebuah takdir yang entah
09.11.11
07.16 pm


Hujan ini sejatinya adalah untuk menumbuhkan segala rasa di hatiku. Untukmu telah kusediakan satu tempat, datanglah kapan saja kau sempat. Apa kabarmu? semoga sisa purnama semalam masih menggayut di wajahmu.
11.11.11
11.49 am
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)