Selasa, 17 Maret 2015

Cerita Mantan Teller yang Sukses Jadi 'Teler'

Ferhat Muchtar @facebook


Pernah bekerja sebagai teller bank selama tiga tahun, cukup membuat Ferhat Muchtar punya ‘modal’ untuk menghasilkan karya. Dalam kurun waktu tersebut ia berhasil menelurkan 17 cerita berdasarkan pengalamannya bekerja di bank.

Cerita-cerita itu bisa dibaca di buku Teller Sampai Teler (TST) yang diterbitkan Elexmedia belum lama ini. Awalnya catatan-catatan itu ditulis untuk seru-seruan saja di blog pribadinya. Sekaligus untuk rekam jejak sebelum akhirnya memutuskan resign pada 2013 lalu.

Di luar dugaan, sambutan pembaca blognya sangat bagus. Selain banyak yang suka dengan cerita-cerita lucu dan konyolnya, banyak juga yang mengusulkan agar kumpulan tulisan itu diterbitkan saja.

“Jadi semangatlah aku lengkapi semua sampai beberapa cerita, ketika sudah cukup kuberanikan diri untuk kirim ke penerbit,” kata  Ferhat kepada ATJEHPOST.co kemarin, Senin 13 Oktober 2014.

Jalannya untuk menelurkan buku tak mulus seperti yang diharapkannya. Meski seluruh naskah sudah terkumpul, dua penerbit pernah menolak hasil kreatifitasnya. Tak putus asa, ia kembali mengirim ke penerbit ketiga dan akhirnya lolos.
“Aku yakin setiap naskah selalu punya jodoh dengan penerbit. Alhamdulillah keyakinan itu betul-betul terwujud. Allah ganti dengan yang lebih baik, penerbit yang ketiga ini termasuk jaringan penerbit terbesar di Indonesia. Awalnya sama sekali enggak kusangka akan menerima naskahku,” kata alumni Fakultas Ekonomi Unsyiah ini.


Bekerja di bank dengan penghasilan lumayan ternyata tidak membuat pria lajang ini betah. Padahal banyak orang yang mengidam-idamkan bisa bekerja di bank karena gajinya besar.  Setelah tiga tahun berkutat dengan dunia perbankan Ferhat lantas keluar. Padahal bekerja di bank salah satu cita-citanya sejak masih di sekolah menengah atas.

“Karena harus diakui di bank mungkin kita bisa tajir (kaya), masa depan cerah, dan prestisiusnya dapat. Tapi ini bukan keputusan yang kubuat secara emosional, perlu waktu setahun bagiku untuk memutuskannya,” katanya.

Hal yang paling sulit kata pria yang pernah jadi Ketua Forum Lingkar Pena Aceh ini, meyakinkan diri sendiri. Ia takut membuat keputusan yang salah dan ceroboh. Apalagi lapangan kerja di Aceh sangat terbatas. Setelah berhasil meyakinkan diri sendiri, barulah ia mencoba meyakini keluarga terutama ibu. Beruntung keluarganya sangat demokratis dan menghargai keputusannya.

“Keluarga enggak meudeh meunoe (begini begitu) pesan ibu yang paling kuingat jangan takut kehilangan rezeki karena sudah ada yang atur. Cacing di dalam tanah saja bisa hidup,” kata Ferhat.

Setelah bulat dengan keputusannya barulah ia menyusun skenario berikutnya. Cowok yang mulai menulis sejak kelas lima SD ini mulai menyisihkan tabungan untuk bekal setelah resign. Uang itulah yang digunakannya untuk memenuhi kebutuhannya selama delapan bulan setelah tidak bekerja di bank. Termasuk untuk ‘mencari udara segar’ alias jalan-jalan, soalnya saat masih bekerja ia susah mendapat cuti saking padatnya jadwal kerja.

Selain karena keputusan yang sifatnya sangat pribadi, alasan lain ia memutuskan keluar dari bank adalah untuk mengejar passionnya di bidang tulis menulis. Maklum, sejak kelas lima SD ia sudah mulai akrab dengan dunia literasi. Ia berprinsip tak mau setelah meninggal nanti hanya ditangisi selama tiga hari lalu dilupakan selamanya.

“Aku ingin tetap dikenang dan diingat. Dan itu butuh eksistensi,” katanya. Menurutnya hanya dua hal yang membuat seseorang terus terkenang dalam ingatan orang lain; baik dan berkarya. “Kalau baik itu relatif makanya aku pilih dengan berkarya,” kata Ferhat yang pernah menjadi wartawan ATJEHPOST.co.

Sedikit berfilosofi, ia mengatakan berkaryalah agar kita dikenang dan menjadi berarti bagi orang lain. Kebahagiaan katanya juga tidak semata-mata berdasarkan jumlah finansial, melainkan karena rasa syukur dengan apa yang kita terima.

Karena itu, menyadari sistem perbankan yang tidak terlalu dinamis ia pun tak ragu untuk banting stir kembali ke passion awalnya sebagai penulis. Diakuinya sejak bekerja di bank ia sama sekali tidak pernah menulis. Padahal kebiasaan itu sudah dilakoninya sejak kelas lima SD dan mengantarkannya menerima penghargaan di bidang menulis. Karya nya pun sudah menembusi media nasional.

"Nah setelah resign dari bank itulah pelan-pelan aku mulai menulis lagi, bikin blog pribadi biar tambah semangat," katanya.

Tak sia-sia, Ferhat pun berhasil menjadi 'teler' setelah tiga tahun berjibaku dengan dunia perbankan.[]

Tulisan ini sudah ditayangkan di portal ATJEHPOST.co  pada 14 Oktober 2014
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

1 komentar:

  1. Salam Kenal.. :)
    KUNGJUNGI GAME ONLINE TERPERCAYA
    1. Prediksi togel
    2. Togel sydney
    3. Togel Sgp
    4. Togel Hk
    <----->
    LIVE SINGAPORE POOLS
    1. Live Sgp
    2. Live4d
    3. Live toto
    <----->
    Semoga info ini bermanfaat dan Trims buat Admin (y)

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)