Senin, 17 April 2017

Hikayat Kunang Kunang; Nama yang Dibisikkan Hati

ilustrasi


SATU dari berjuta-juta lusin bintang di atas sana menjatuhkan secarik kertas, tepat di hadapanku. 


Aku menjulurkan tangan, meraih kertas berwarna kelabu. Ada gambar kunang kunang dengan kilau cahaya di perutnya. Juga setangkai kalimat bertuliskan; akan kuceritakan sebuah dongeng, tentang kunang kunang.

Aku menengadah, menatap ke ketinggian. Bintang-bintang melambai. Menjatuhkan secarik kertas lainnya.

Kertas lainnya kembali berjatuhan, lagi, lagi, hingga banyak sekali kertas. Aku mengambilnya satu persatu. Semua isinya sama: gambar kunang kunang dengan cahaya di perutnya. 


"Sebutkan satu nama di hatimu, maka kunang kunang ini akan hidup," sebuah suara tiba-tiba muncul di telingaku. 

Aku mengeja sebuah nama. Lalu ribuan kunang kunang itu menjadi hidup. Beterbangan mengelilingi diriku. Aku terbuai pada gerakan binatang mungil itu. Tanganku ikut mengepak, kakiku berdentam dentam, kepalaku meliuk-liuk, aku menari bersama mereka.

Kemudian seekor ratu kunang kunang mendekatiku. Ada mahkota bertelekan batu permata di kepalanya. Ia mengangsurkan wajahnya hingga kami menjadi sangat dekat. 


"Aku tahu apa yang ada di hatimu," bisiknya. 


"Bagaimana kunang kunang ini bisa hidup saat aku menyebutkan namanya. Maksudku, nama itu hanya milik orang asing, aku bahkan tidak mengenalnya..." 


"Itu nama yang dipilihkan oleh hatimu. Sesekali dalam hidupmu, tak ada salahnya melakukan 'kesalahan'. " 


"Kesalahan apa maksudmu?" 


"Jika menurutmu jatuh cinta pada si pemilik nama yang kau sebutkan tadi adalah kesalahan, maka kau sudah melakukannya." 


"Aku? Jatuh cinta padanya?"

Si ratu kunang kunang hanya mengangguk. Ia tersenyum misterius sambil mengibas-ngibaskan sayapnya. 


"Bagaimana mungkin?" tanyaku bingung.


"Apakah yang selama ini kau jalani sebuah kemungkinan?" Ratu kunang kunang malah bertanya balik.


Belum sempat aku bertanya lagi ratu kunang kunang itu sudah pergi. Ia membawa serta seluruh pasukannya. Kunang kunang itu sudah lenyap. Hilang dalam pekat malam. Kembali kepada bintang.

Tinggallah kertas-kertas berserakan di sekelilingku. Aku mengambil salah satunya, gambar kunang kunang tadi berganti dengan sebuah nama. Nama yang tadi kusebutkan tanpa sengaja di hatiku. KUNANG KUNANG.[] 

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

6 komentar:

  1. Balasan
    1. jangan sampai matanya yang berkunang kunang karena anemia :-D

      Hapus
  2. Pengen bisa nulis seperti ini kak, tapi imajinasiku sulit untuk menuturkannya di dalam tulisan. Membaca tulisan ini, seperti aku berada di dunia dongeng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheheh thanks Yelli, ini memang ditulis sebagai dongeng sebelum tidur

      Hapus
  3. Kak, sajakmu selalu mampu menjejak di ingatanku.
    Love so much! :*

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)