Sabtu, 14 Mei 2011

Ayah, tunggu aku di surga

Ayah, kapan ayah datang menjengukku lagi? Sudah lama kita tidak bertemu, bahkan senyum terakhir ayah yang menggantung di mimpiku mulai terburai, perlahan di bawa angin keadaan.
Ayah, nanti kalau datang tolong bawa balsem lang ya? Aku ingin ayah menaruhnya di punggungku dan mengurutnya perlahan, seperti yang selalu ayah lakukan kalau aku sedang sakit. Ayah, aku rindu sekali merasakan hangatnya sentuhan tangan ayah yang kasar, belaian tangan ayah di kepalaku dan tatapan mata memaksa ayah untuk menyuruhku ke rumah sakit. Aku merengut, tapi ayah tetap memaksa, kalau mau sembuh harus disuntik, tapi aku takut disuntik, begitulah selalu ayah mengultimatumku, dan hanya ayah lelaki yang bisa membuatku menurut pada perintah apapun. Lalu pergilah kita bersama-sama ke dokter, dan disuntiklah aku.
Sekarang tidak ada yang memaksaku lagi, bahkan semalam ketika aku terkulai dalam gigil yang hebat, aku hanya bisa menunggu ayah datang, hingga menjelang pagi tak kudapati ayah menjengukku. Tubuhku menghangat, tapi aku tahu itu bukan rasa hangat yang berasal dari pelukan ayah, tapi dari suhu badan yang tidak bersahabat.
Ah, tak ada yang kuharapkan kehadirannya pada saat-saat seperti ini selain hanya ayah.
Ayah, semalam aku mengulang kejadian lama, ayah tahu kan aku bisa melakukan apa saja ketika sedang tidur, dalam ketidak sadaranku aku bisa saja turun dari tempat tidur dan mengganti pakaian, besok pagi-pagi kita semua kerepotan karena aku tidak bisa melepas baju yang kupakai semalam, karena ternyata yang kupakai adalah baju adik. kadangkala aku bisa saja bercerita denga bahasa dan gerakan-gerakan aneh.
dan semalam aku seperti kebingungan ketika sepertinya aku berbicara dengan seseorang, membaca pesan-pesan panjang dan meneruskannya pada seseorang, kebingungan yang masih sampai sekarang karena setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.
Ayah, jangan lupa bawa balsem lang-nya ya? Aku makin menggigil dan hanya pijatan tangan ayah yang kasar yang bisa menyembuhkanku.
Ayah, tunggu aku di surga.
Anakmu
Ihan Nurdin




6 mei 2011
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)