Sabtu, 14 Mei 2011

Untuk Teh Uwi

aku masih tidur ketika itu, masih sibuk dengan mimpiku sendiri, tentang dia yang kutunggu semalam, baru beberapa waktu kemudian ketika matahari telah terang, aku bangkit dan segera bergegas, menuju tempat di mana aku bisa membasahi tubuhku dengan air yang dingin dan liar.
masih berbalut handuk, kulihat ada dua panggilan tak terjawab darimu, panggilan subuh tadi dan panggilan beberapa saat yang lalu. Sesaat kemudian sms yang kau kirimkan semalam masuk, 'handphonenya tidak aktif' tulismu singkat.
aku menghela napas, membetulkan lilitan handukku dan rambutku yang setengah basah, untuk kemudian meneleponmu. dan kita larut dalam percakapan pagi yang didominasi oleh diam. "coba saja lagi," kataku berulang-ulang, sebab memang tak ada yang dapat kukatakan.
meski dalam diam, aku bisa merasakan kegelisahan dan rasa khawatirmu yang sangat, kekalutan yang aku yakin membuatmu menggigil dan ingin menangis. sejak berhari-hari yang lalu, ketika mei muncul di tanggal satu, kau tak henti-hentinya membicarakan tentang mei yang kau tunggu-tunggu, kau mengingatkanku tentang waktu-waktu yang akan segera tiba. "tinggal 9 jam lagi." katamu kemarin siang. dan semalam ketika aku mulai lelap dilumuri kantuk kau masih sempat mengingatkan; tinggal 1 jam lagi.
sama sepertimu, akupun berharap-harap cemas, menunggu-nunggu apa yang terjadi setelah waktu satu jam itu, dan pagi kali ini aku menemukan bahwa waktu setelah satu jam itu tidak seperti yang kau harapkan.
"Mungkin ini yang terbaik, cepat atau lambat itu akan terjadi, dengan tergesa-gesa atau tanpa perencanaan." kataku seperti menyelami gelisahku sendiri. selalu ada akhir dari sesuatu yang telah diawali, meski bukan perceraian sejati, karena aku yakin dia juga sama sepertimu, menunggu cerita-cerita indah untuk ia dengar.
melihatnya seperti melihat diriku sendiri, maka mengertilah, mungkin kau bisa menyimpulkan sedikit dari sekian banyak cerita yang tak tertuntaskan itu.
selesai berbicara denganmu selesai pula aku berkemas, menanggalkan lilitan handuk, mengeringkan rambut yang setengah basah, sekarang aku akan pergi, matahari telah menunggu untuk kucium di singgasananya.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)