Senin, 30 Mei 2011

Seorang Lelaki dan Gitarnya (part 1)

Tuhan, beri aku kesempatan untuk berterimakasih kepadanya, dengan cara sederhana yang mampu kulakukan, aku hanya ingin memeluknya dan bilang; terimakasih telah melakukan semua ini untukku, dan aku ingin bilang; aku ingin seumur hidupku mengalami hal serupa itu, mendengarnya bernyanyi dan memetik gitar.

Seorang lelaki dan gitarnya, yang telah membuatku terperangkap dalam kesempitan berkata-kata, tak ada yang bias kulakukan selain menatap langit-langit ruang hatiku, tak ada yang bias kulakukan selain mempasrahkan pendengeranku pada klimaks intonasi suaranya, tak ada yang bias kulakukan selain diam, tak ada, sebab aku telah mabuk dengan seluruh apa yang ia punyai.
Lelaki, aku adalah daun yang berharap kau segera berubah menjadi angin yang lebat, agar aku segera hinggap di hatimu, dan aku tak ingin ada badai apapun lagi setelah itu.

Aku ingin menjadi sederhana untuk hidupku sendiri, aku ingin surat-surat cinta ini hanya untukmu, aku ingin rindu ini utuh untukmu, aku ingin, aku rindu bagaimana kebahagiaan yang sebenarnya, kebahagiaan yang tanpa beban, yang menghilangkan seluruh ketakutan, kebahagiaan yang tidak menimbulkan misteri.

Seorang lelaki dan gitarnya, ia begitu piawai memainkan ritme, secerdas lisannya mengusik hatiku, seteguh hatinya untuk berkali-kali mengatakan tidak, sekalipun berkali-kali pula aku mengatakan bahwa aku rindu kepadanya, dan juga mencintainya.
Seorang lelaki dan gitarnya, yang hadir bersamaan dengan hujan, aku ingin dia adalah oase tempatku bermuara; jiwa dan raga.
22:06 pm
20-may 2011
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)