Untukmu yang telah melekat di ingatan, selalu ada doa-doa panjang bagi sisa usiamu, serupa keinginan untuk membaui wewangi surga, meski tak dapat kuciumi wajahmu sekarang tetapi selalu ada rindu untukmu, Happy Birthday to you.
Mengingat Juni adalah mengingatmu, sebab pada pertengahan penanggalannya ada kau yang merambati usia, maafkan, semalam kantuk begitu kuat memelukku hingga waktu sakral itu terlewatkan begitu saja, mestinya aku meneleponmu ketika itu, mengucapkan selamat ulang tahun, dan menyelipkan sepotong cium di keningmu, sebagai tanda bahwa aku menyayangimu.
Hari ini aku menyebut namamu begitu lengkap, sebagai apresiasi atas kebersamaan kita, betapa jejak telah begitu banyak terekam denganmu, dan semua rasa kurasa telah mencapai puncak nikmatnya sendiri.
Untukmu, yang telah melekat di ingatan, selalu ada doa dan sayang untukmu.
Happy Birthday
Yours
Ihan
ilustrasi TIDAK seperti biasanya, pagi tadi pagi-pagi sekali bibi sudah membangunkanku. Padahal beberapa menit sebelum ia masuk ke kamar, aku baru saja menarik selimut. Berniat tidur lagi karena hari Minggu. Tapi... "Kak, bangun!" katanya. Meski dia bibiku aku tetap saja dipanggilnya 'kakak'. Maksudnya 'kakak' dari adik-adik sepupuku. "Coba lihat wajah Bibi," sambungnya sebelum aku menjawab. Aku bangun. Dan ops! Untung saja aku bisa mengontrol emosiku. Kalau tidak aku pasti sudah berteriak. Kaget dengan perubahan wajahnya. "Merahnya parah ngga?" cecarnya. "Parah!" jawabku. Jujur. Setelah menyampaikan 'uneg-uneg' soal wajahnya yang mendadak berubah itu si bibi kembali masuk ke kamarnya. Mungkin tidur. Mungkin mematut wajahnya di cermin. Aku, tiba-tiba saja nggak selera lagi untuk tidur. Bibiku seorang ibu muda yang mempunyai tiga anak. Umurnya sekitar 32 atau 33 tahun. Perawakannya mungil, kulitnya putih k
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)