Senin, 06 Juni 2011

Puisi Ihan Sunrise (*)

(Didedikasikan kepada eS eM)


Kau kah itu

Kau kah itu?
Yang tiba-tiba hadir dan membuatku terbangun
Dengan kantuk yang berat dan ruh yang belum sempurna menyatu
Aku hanya ingin mendengar suaramu ketika itu
Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi
Karena gigil seringkali mendahului
Mengapa gugup ini tak kunjung sembuh setiap kali dihadapkan denganmu
Padahal, aku tahu kau tak benar-benar datang sebagai dirimu sendiri

Kau kah itu,
Yang selalu hadir di mimpi-mimpi pagiku?


Seorang lelaki dan gitarnya

Suara itu,
seperti lembut yang merayapi sepi,
seperti hangat yang dihinggapi cahaya,
seperti dingin yang dilelehi air,
seperti pesona yang terbuai oleh semesta,
suara itu melahirkan permintaan; agar kau terus membuatku memabukimu,
karena memabukimu adalah lena paling nikmat yang tak ingin kusudahi

suara itu,
adalah petikan lembut dari rahim rindu
leguh-leguh nikmat senar yang bertemu jemarimu

suara itu,
adalah yang menembus lorong-lorong telingaku



langkah kaki

serupa detak jantungku
berdegub saling bersahutan
pertanda bahwa kehidupan masih berlangsung saat itu

menembusi malam
melintasi sepi yang senyap tanpa basa basi
hanya desah nafas yang sesekali terdengar begitu berat
lelah itu, telah menjadi salut kehidupanmu

dan kau seperti mabuk di dalamnya
mengurungnya dalam terowongan hatimu

masih serupa detak jantungku
kali ini dengan kemistisan yang seharum misteri
aku masih menunggu
untuk mendengar derap-derap langkah kakimu menembusi malam


kau di mana

aku kehilanganmu hari ini
aku kehilangan matamu
untuk membaca puisi-puisiku
aku kehilangan telingamu
untuk mendengarkan keluh rinduku
aku kehilanganmu
sama seperti aku kehilangan imajinasiku


Punie, After Infonite
24 may 2011

(*) telah dimuat di Koran Harian Aceh, edisi Ahad, 05 Juni 2011
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

5 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)