Minggu, 10 Desember 2006

Midnight

seperti apakah malam yang kau lewati semalam? sama seperti ku kah? meringkuk disudut kamar dengan tubuh penuh keringat? dengan sakit yang melilit pinggang, membuatku meleguh-leguh, merintih menahan sakit dan keinginan yang menggebu-gebu. mata ku mengabur, pandanganku mengapun keruang gelap. anganku melayang, jauh, melebihi yang terjauh sekalipun. sesekali aku terbangun, menahan isakan dan menyapu air mata dengan tangan yang dingin. dingin dan panas yang berlebur menjadi kebekuan.

pesanmu yang terakhir pun tak sanggup ku balas lagi, aku terlanjur sakit, terlanjur bergeletar tubuhku, terlanjur sengsara. siapa yang menciptakan kesengsaraan ini? siapa yang membuatnya ada? siapa yang harus disalahkan? ah, lagi-lagi dalam gelap aku hanya berteman air dingin. menerbangkan kelebat-kelebat rindu yang sudah kadaluarsa.

dan pagi, ketika kaki menjejak ke bumi, bukannya ringan tapi malah menyergapku berulang-ulang, membuatku hampir terkapar dengan semua ini. seberat ini kah menahan? seperti kata mu, memang tidak ada yang bisa kita lakukan, sebab jarak terpisah bukan hanya tiga centi. tersenyumkah aku? iya, tersenyum dalam gelisah dan leguh yang panjang.

ah...bukan sekali dua kali lagi aku seperti ini, tapi berkali-kali. sampai lelah. sampai aku kehabisan nafas.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)