Sabtu, 29 Juli 2006

"Bapak Bercelana Pendek"


sore-sore bila kebetulan cepat pulang ada yang menarik untuk dilakukan, kebetulan kamar saya terletak diatas, jadi ada keasykan tersendiri. salah satunya adalah duduk didekat jendela, kadang dijendela belakang, yang terlihat adalah puncak gunung Seulawah yang sangat anggun. apalagi kalau sedikit mendung atau baru hujan, subahanallah, cantik sekali. saya sering melihat bintang ataupun purnama dari jendela belakang ini, disini kadang saya juga menangis bila mengingat sesuatu, kerinduan.

tetapi bukan itu yang akan saya ceritakan, saya ingin menceritakan sesuatu yang terkait dengan jendela depan, apa yang saya lihat bila saya kebetulan duduk disana. lupakan jendela belakang, dan mari ke jendela depan. pasti akan terlihat seorang bapak yang setiap sore setia nongkrong diwarung sebelah. dengan kaos dan celana pendeknya yang khas. diam-diam saya memperhatikan, bukan sekali dua kali lagi. bahkan ketika ada beberapa orang dari jamaah tertentu beberapa waktu yang lalu memberikan ceramah singkat, bapak itu masih dengan celana pendeknya. jelas saja, karena kelompok jamaah itu tidak memberi tahu kalau mereka akan berkhutbah didepan para anak muda dan bapak bercelana pendek yang sedang bermain batu. kepada mereka yang nongkrong diwarung. tiba-tiba sudah ada dihadapan, penampilang serba tertutup dan putih-putih.

bapak itu, adalah seorang ayah yang mempunyai tiga orang anak. bapak itu bisa jadi adalah gambaran dari anda-anda semua yang kebetulan diberi Allah jenis kelamin sama seperti bapak itu. seorang bapak yang idealnya memberikan contoh teladan yang baik kepad anak dan istrinya, bukan hanya dengan perkataan tapi juga melalui perbuatannya. barangkali mempraktekkan memakai celan apendek juga adalah contoh kepada anak. so, jangan salahkan jika anak menaikkan sedikit dari kependekan yang dipakai bapaknya. memendekkan sedikit lengan bajunya dari yang dipakai oleh orang tuanya, mengecilkan sedikit bajunya, menaikkan sedikit kerudungnya, toh semua itu dia contoh dari rumahnya. dan tidak ada larangan, lho, bagaimana mau melarang bila bapaknya saja memakai celana pendek. nanti kebalik jadinya antara yang dilarang dan yang dilakukan jadi tidak sinkron.

bapak itu tidak sendiri, diwarung tempatnya nongkrong ada satu orang lagi yang mempunyai hobby yang sama dengannya, baru saja menjadi ayah, anaknya masih berumur dua bulan. kami jadi hafal warna apa saja yang dipakainya. karena terlalu seringnya, tetapi jelas-jelas tidak ada kerisihan pada sipemakainya. kerisihan itu mungkin tidak berasal dari celana pendek yang dipakaianya, tetapi bisa saja dari rambut-rambut yang tumbuh dikaki mereka. tetapi yang jelas intinya mereka membiarkan auratnya terbuka, padahal aurat mereka tidaklah seperti perempuan yang boleh nampak hanya muka dan telapak tangan saja. tetapi toh tetap saja mereka keberatan menjalankannya, konon lagi perempuan? ini bukanlah pembenaran bagi mereka yang belum sanggup menutup auratnya dengan baik. tetapi bukankah ar rijalu qawwamuna alannisa'? laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan. bagaimana memimpin rumah tangga jika diri sendiri saja belum sanggup memimpin...

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)