Minggu, 02 Juli 2006

"Peringatan Pak Lubis"

banda aceh adalah kota yang rendah, bentuknya mirip-mirip seperti kuali yang tinggal sebelah, sebelah timurnya pegunungan Seulawah dan sebelah baratnya dikelilingi oleh pantai. kalau hujan lebat jangan ditanya seperti apa wajah kota ini, di jalan-jalan akan tergenang air dan becek. kalau pasang purnama maka got-bot disepanjang jalan T. Nyak Arief juga ketiban getahnya. got-got lebar itu menjadi luber dan air sampai ke permukaan jalan. kondisi ini memanglah sangat tidak nyaman. salah satunya yang paling sering kebanjiran adalah desa kampung laksana ini. akhir-akhir ini aku saya sering kemari dan selalu memperhatikan. hujan sedikit saja maka jalan darma ini sudah tergenang air. masih bisa ditolerir bila airnya bersih ini bentuknya sama seperti air got. belum lagi sampah-sampah kecil yang timbul diatasnya. padahal got-got disepanjang jalannya besar-besar, tetapi kurang perawatan alias tidak pernah dibersihkan. ternyata inilah yang membuat saluran airnya tersumbat dan menjadi tidak lancar sehingga ketika hujan got menjadi penuh dan meluap kejalanan. got-got tersebut dipenuhi dengan sampah-sampah yang notabenenya adalah kaleng minuman dan sampah kertas. kalaupun sesekali ada dibersihkan tapi itupun tidak dapat ditolong. karena gotnya sudah dangkal.
terkait dengan itulah beberapa minggu yang lalu seseorang yang bernama pak Lubis menitip pesan kepada saya agar got disekitar toko ini dibersihkan. saya sudah menyampaikan pesan itu tetapi bukan kepada pemiliknya melainkan kepada seorang teman saya yang saat itu ada disini, saya juga tidak tahu apa setelah itu teman saya itu menyampaikan ke pemilik toko ini. sayapun lupa mengatakannya lagi.
minggu pagi ini pak Lubis meronda lagi, ia melihat got disekitar ini masih seperti beberapa minggu yang lalu. masih penuh dengan sampah-sampah kardus dan botol minuman. dia kembali menyamperi saya dan menanyakan dimana pemiliknya. lantas saya memanggil seorang ponakan pemilik toko ini. setelah itu saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. si bapak pergi dan siponakan masuk kedalam.
sesaat kemudian saya melihat bang Aldie, ponakan yang lain telah memegang cangkul dan menguber-uber isi got, sampah-sampah ditariknya dengan pelan agar tidak jatuh lagi ke got dan tentu saja akan terciprat ke bajunya. wajahnya tampak meringis, mungkin karena panas atau bisa jadi karena menahan aroma got yang demikian sedapnya. celana jeansnya di sing-singkan hingga diatas mata kaki, dan beberapa butir keringat ikut meneriakkan yel-yel semangat untuknya. disebelahnya pak Lubis ikut mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh di pinggir got, kemudian mengangkutnya dalam truk sampah yang sudah mangkal dipinggir jalan. itupun tidak seluruhnya, karena masih ada tumpukan sampah yang bertengger dipinggir got. sekedar menebak isi hati pak lubis, pastilah ia merasa dongkol karena got ini belum juga dibersihkan dan dia sudah ditegur oleh pak lurah, dan mau tidak mau terpaksa dia harus turun tangan. mengyomi mungkin. bukankah setiap perbuatan memerlukan contoh konkrit???
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)