Rabu, 26 Juli 2006

"Semua ini Untuk Mu

tak kan kusimpn rinduku menjadi bisu, kan ku tebarkan pada angin malam atau titik-titik debu, yang lalu bersama burung malam, menghantarkan keperbatasan hatiku, rindu yang terpendam didalam hati kala jarak merentang menebas cakrawala. pelan-pelan ketika satu-persatu dari kemisterian itu terkuak, pelan-pelan juga apa yang kita rasa menjadi semakin terbentuk, menjadi utuh. yang akhirnya melahirkan komitmen untuk kita jalani dari buah ketidak mungkinan itu. masih ingatkan ketika kau mengatakan, apa yang tidak mungkin didunia ini. sekarang semuanya menjadi terbukti dan menjadi nyata, kita mengambil peran dari ketidak mungkinan itu dan mewujudkannya menjadi mungkin. komitmen, tidak lain adalah kuda tunggangan yang kita adalah pengendalinya, terserah kita untuk menjaga komitmen tersebut atau menjadikannya dalam bentuk yang lain.
sekali lagi, tidak akan kubiarkan rinduku menjadi bisu dan terpasung oleh jarak. ketika satu-persatu dari surat mu kulerai kembali dalam ingatan dan hatiku, ku bolak-balik dengan selera dan keinginanku, tak lain adalah untuk menebus rindu. ketika bulan-bulan berlalu adalah kesepian dan kerinduan yang menggebu, maka janji kita adalah penawar dari segala rasa yang tak berwujud itu. ketika pelan-pelan aku merasakan kecemburuanmu, ada rasa menggelembung yang amat besar dalam diriku. yang aku sendiri tidak bisa menterjemahkannya dengan baik, yang aku tahu, aku semakin menyayangimu, semakin sering pula mengharap surat darimu dengan semua kelucuan dan kekonyolan yang hanya kita yang bisa menikmatinya. satu lagi, menunggumu di waktu petang adalah hal yang paling membahagiakan buatku.
cinta...
kalau selama ini tidak ada surat khusus untukmu, seperti yang kulakukan ketika kau tidak ada, percayalah bukan karena rasa sayangku yang berkurang. tetapi aku menyajikannya dengan cara yang berbeda sekarang. semua ini untuk mu...
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)