Minggu, 30 Juli 2006

"Menunggu"

sudah pukul 19:11 menit ketika saya menuliskan tulisan ini, harusnya jam segini saya sudah berada dirumah. atau paling telat tidak berada lagi ditempat ini, sepi banget. yang lain sudah pada pergi. tinggal saya sendiri. padahal hari ini saya sangat lelah, karena kurang tidur semalam. syukurlah hari ini ada seorang teman yang bisa diajak ngobrol dari hati kehati sehingga kelelahan itu tidak begitu terasa ( untuk ichie: tumben hari ini baik), namun keletihan itu tetap terasa, setidaknya sekarang ketika sudah waktunya pulang tetapi teman yang ditunggu-tunggu belum juga tiba. semoga tidak ada apa-apa dengannya. khawatir juga sih, sudah ditelfon tapi hand phonenya tidak aktif, di sms juga masih pending sampai sekarang, mungkin juga sampai besok pagi.
sampai pukul berapa saya harus menunggu? padahal tubuh sudah minta diistirahatkan, kalaupun tidak langsung tidur palign tidak rebahanlah untuk melempangkan otot-otot...maklum sudah seharian duduk terus, pegel. saya juga sudah rindu dengan kamar saya yang ditinggal sejak kemarin sore, semoga malam ini bisa bernostalgia. dan semoga kejadian serupa ini tidak terulang dihari yang lain. padahal hari ini sudah direncanakan untuk pulang lebih awal dari biasanya, seorang teman mengajak pergi kepantai sore harinya, sekedar untuk melihat-lihat keramaian. untuk melengkapi agenda diakhir pekan ini, minggu dan juga bulan juli ini. tetapi apa daya, ajakan tinggal ajakan, kata-kata 'iya' pun telah terlalui dengan begitu saja, mungkin harus menunggu waktu lain yang tepat untuk menambal apa yang terjadi dihari ini.
malam ini agak sedikit mendung, hujan tadi siang rupanya masih menyimpan sedikit dendamnya, sehingga ia tak mau berlama-lama melepaskan pelukannya ke bumi. ada yang kusesali, sedikit kecewa mungkin. kenapa kebekuan justru terjadi dimalam ini. padahal rindu telah mendekapku dengan sangat kuat sejak beberapa hari yang lalu. saking eratnya aku merasa seperti kehabisan nafas dan tersengal-sengal. tapi tidak apa...mungkin dia perlu berfikir dan beristirahat, aku mengerti kelelahannya, keletihannya, barangkali lebih dari apa yang kurasakan sekarang ini. aku merasakan ingin tidur, melempangkan tubuhku keranjang dan membiarkannya tanpa siksaan apa-apa. aku yakin, dia juga begitu. karena itu kubiarkan saja dia menutup "pintu kamar"nya. tanpa ada perintah maupun paksaan untuk tetap menemaniku.
entah kenapa, kemanjaan itu begitu meledak-ledak dalam beberapa hari ini. aku ingin dia memanjaiku lebih dari biasanya. lebih erat dan lebih kuat lagi. aku pun begitu, tapi kadang-kadang ketika bertemu hanya diam. aneh memang. tapi disanalah keunikan dari apa yang kurasakan. ketika harus pura-pura marah padahal sebenarnya ingin tertawa sekuat-kuatnya. ketika ingin menangis justru tidak bisa karena rayuannya yang membuat hati ingin tergelak. romansa jiwa. yang terkadang diri sendiripun tidak bisa memaknainya.
sudah pukul 20.00
saatnya pulang, dan memotong leher tulisan ini dengan paksa. dan teman saya belum muncul juga...
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)