Sabtu, 29 Juli 2006

"Bunga di depan Rumah"


saya sering bertanya-tanya mengapa bunga-bunga didepan rumah saya tidak cantik lagi, tidak elok lagi, tidak sesegar ketika didepan rumah yang dulu. dirumah yang dulu, yang terpaksa dibongkar dengan air mata dan rasa tidak ikhlas demi mendapatkan kenyamanan dan kelayakan untuk hidup. megnapa dirumah yang ini, bunga secantik dan seindah dirumah yang dulu menjadi layu dan tidak bergairah untuk terus hidup, sekalipun bunga jenis asoka yang terkenal daya tahannya. dirumah yang dulu, bunga asoka itu diletakkan begitu saja bisa tumbuh dengan cantik, bunganya macam-macam, ada kuning, merah, merah jambu sampai putih, kuningpun ada kuning muda dan kuning tua. belum lagi bunga-bunga yang lain yang indah-indah dan beraneka warna. pokoknya, dulu cuma rumah saya yang banyak bunganya, sekarngpun begitu, tetapi kondisinya berbeda dan membuat ibu saya jadi berkurang selera untuk mengurus bunga-bunga itu. padahal sebagian bunga yang ada dirumah sekarang adalah warisan dari rumah yang dulu, rumah yang teduh dan strategis letaknya, tidak seperti sekarang, kurang strategis.
akhirnya, keheranan saya dan ibu saya terjawab, tidak seperti dirumah yang dulu, dirumah yang sekarang tanahnya kering dan tidak bagus, sejenis tanah liat, keras. wajar saja kalau ditanami bunga akarnya tidak bisa tumbuh dengan sempurna. selain itu, dirumah yang sekarang sangat panas karena langusng berhadapan dengan matahari...kalau sore panasnya luar biasa sekali, tapi didalam adem, anginnya sepoi-sepoi karena rumahnya terletak di tengah sawah, angin berlalu lalang sesuka hatinya. kasian melihat bunga-bunga yang dulunya bagus jadi mati sekarang, bunga-bunga kesayangan ibu akhirnya diletakkan disumur belakang, agar lebih dingin dan tidak langusng berciuman dengan matahari. rasanya belum lengkap penderitan bunga-bunga ini, sudah terkena panas dan tempat tanam yang tidak bagus sekarang malah harus relah kena gusur karena timbunan tanah. eh...akhir-akhir ini malah lebih parah lagi penderitaanya, setiap hari harus berkelonan dengan siduri sawit. pulang kemarin aku cuma melihat pohon cemara salju yang masih kokoh ditempatnya, sedangkan asparagas dan bunga asoka kuning sudah meregang nyawa dan tidak berbekas lagi. kasian bunga-bunga itu...
padahal, kalau dilihat dari perawatan, bunga-bunga dirumah ini sangatlah ekstra dibandingkan dirumah yang dulu, seperti bayi saja layaknya. tetapi tetap saja tidak sebagus dirumah yang dulu. kalau dibilang kurang kasih sayang, rasanya tidak. tapi memang tanah disini tidak sesubur ditempat yang dulu. karena itu, sampai sekarang saya belum bisa melupakan rumah yang dulu, yang bunga-bunganya masih tersisa sampai sekarang, dan masih bagus walaupun disekelilingnya ditumbuhi ialang dan semak-semak, maklum, sudah jadi bangkai rumah. mungkin sudah nasib bunga-bunga dirumah ini, harus setia dijodohkan dengan tandan-tandan sawit yang tidak sepadan dengannya. walau bagaimanapun, dia juga harus tahu kalau pemilik rumah ini harus mencari makan untuk meneruskan kelangusngan hidupnya dari tandan sawit yang menurutnya tidak pantas menjadi temannya hidupnya.
bagimanapun, bukan keinginan kami untuk menelantarkan bunga-bunga itu, hanya saja sepertinya nasib baik kurang berpihak padanya. manusia juga banyak yang seperti itu...sudahsekolahtinggi-tinggi...kadang cuma jadi pengamen....apalagi bunga yang tidak bisa pindah sendiri mencari tempat yang layak huni bagi dirinya sendiri...
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)